Alergi

Pengertian, Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, Diagnosis, Pengobatan, Komplikasi, dan Pencegahan Alergi

Kategori Artikel: informasi_umum_alergi
Diunggah pada: 14 Maret 2023

Pengertian Alergi

Alergi merupakan suatu reaksi dari sistem imun tubuh yang terjadi karena suatu zat atau substansi yang disebut alergen. Zat tersebut dianggap berbahaya oleh tubuh, meski sebenarnya tidak. Inilah yang kemudian mengakibatkan munculnya gejala.

Ketika sistem imun bereaksi, efek samping yang bisa terjadi berupa reaksi alergi. Beberapa penyebab alergi dapat berasal dari makanan tertentu, obat-obatan, serbuk sari, gigitan serangga atau tungau, dan lainnya.

Alergi terjadi ketika seseorang mengalami paparan dari alergen yang dianggap berbahaya oleh tubuh, sehingga tubuh pun memproduksi antibodi. Setiap kali tubuh terpapar oleh alergen yang sama, produksi antibodi dapat meningkat, sehingga memicu keluarnya histamin yang mengakibatkan munculnya gejala alergi.

Gejala Alergi

Gejala alergi umumnya muncul beberapa saat hingga jam setelah tubuh terpapar alergen. Gejala alergi yang umum dirasakan, antara lain:

  • Ruam kemerahan pada kulit.
  • Gatal pada kulit yang mengalami ruam.
  • Bersin dan batuk.
  • Sesak napas.
  • Hidung berair.
  • Bengkak pada bagian tubuh yang terpapar alergen, misalnya wajah, mulut, lidah, dan tenggorokan.
  • Mata merah, berair, dan gatal.
  • Mual, muntah, sakit perut, atau diare.

Beberapa gejala yang disebutkan di atas muncul dengan intensitas ringan hingga sedang. Gejala yang berat dapat memicu reaksi anafilaksis yang bisa meningkatkan risiko kematian. 

Seseorang yang mengalami gejala berat harus segera mendapatkan penanganan. Gejala anafilaksis meliputi:

  • Sesak napas yang berat.
  • Pusing.
  • Tekanan darah turun drastis.
  • Mual dan muntah.
  • Ruam kemerahan yang meluas pada kulit.
  • Denyut nadi cepat tapi lemah.
  • Pingsan atau tidak sadarkan diri.

Penyebab Alergi

Reaksi alergi yang timbul dapat disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang salah mengidentifikasi alergen. Zat ini dianggap menimbulkan bahaya pada tubuh, tetapi faktanya tidak demikian. Saat tubuh terpapar alergen, antibodi yang disebut dengan Imunoglobulin E (IgE) akan terbentuk. 

Adanya kontak di dalam tubuh dengan alergen membuat produksi IgE meningkat sebagai reaksi dari tubuh. Hal ini dapat memicu pelepasan histamin yang akhirnya menimbulkan gejala alergi.

Beberapa alergen yang memicu terjadinya alergi pada tubuh, antara lain:

  • Makanan tertentu, seperti makanan laut, susu, telur (terutama putih telur), dan kacang-kacangan.
  • Bulu hewan, terutama dari hewan peliharaan seperti kucing dan anjing
  • Tungau, debu, dan jamur.
  • Zat tertentu di udara yang terhirup seperti asap rokok, asap mobil, dan polusi udara.
  • Serbuk sari dan rumput liar.
  • Gigitan serangga, misalnya sengatan lebah.
  • Obat-obatan tertentu.
  • Bahan kimia tertentu, seperti sabun, sampo, parfum, atau bahan lateks.

Faktor Risiko Alergi

Beberapa orang dapat berisiko lebih tinggi terserang alergi, hal ini dapat dipicu karena beberapa faktor seperti berikut:

  • Faktor keturunan. Alergi cenderung menurun dalam keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat alergi atau asma, akan berisiko lebih tinggi terkena alergi.   
  • Faktor lingkungan. Semakin sering dan semakin lama seseorang terpapar alergen tertentu, kemungkinan untuk mengalami alergi semakin tinggi.
  • Faktor usia. Anak-anak di bawah usia 18 tahun lebih rentan terkena alergi, sebab paparan sistem kekebalan tubuh mereka terbatas dan masih dalam tahap perkembangan.
  • Memiliki asma. Asma kerap kali dikaitkan dengan reaksi alergi. Jika seseorang menderita asma, risiko mereka terkena alergi meningkat karena asma dapat memicu gejala alergi dan sebaliknya.

Diagnosis Alergi

Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan guna mendapatkan diagnosis penyakit yang lebih akurat. Pemeriksaan pertama yaitu riwayat penyakit yang pernah dialami secara rinci, termasuk riwayat penyakit alergi pada keluarga terdekat.

Lalu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan tanda-tanda alergi pada tubuh. Jika memang diperlukan, dokter akan merekomendasikan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu: 

  • Tes tempel (patch test). Tes ini dilakukan dengan meletakkan satu jenis alergen pada sebuah plester yang ditempelkan pada permukaan kulit selama dua hari. Kemudian, reaksi kulit yang timbul akan diamati.
  • Tes tusuk kulit (skin prick test). Tes ini dilakukan untuk mengetahui alergi pada makanan, obat-obatan, udara, atau racun serangga. Permukaan kulit akan ditetesi cairan alergen, kemudian ditusuk secara perlahan dengan jarum halus dan diamati reaksi yang timbul.
  • Pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kadar IgE dalam darah.
  • Tes eliminasi makanan. Tes ini dilakukan dengan cara menghindari jenis makanan yang diduga menjadi pemicu alergi, lalu akan diamati perbedaan reaksi dan gejala yang dialami.

Pengobatan Alergi

Pengobatan utama pada seseorang yang mengalami alergi adalah dengan menghindari alergen sebisa mungkin. Namun, terkadang menghindari saja tidak cukup, pengidap alergi perlu mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi atau menghentikan gejala alergi.

Misalnya obat penghambat efek penyebab alergi, seperti obat peradangan dan obat yang menghambat efek leukotrien penyebab pembengkakan pada saluran pernapasan saat terjadi gejala. Obat-obatan tersebut diantaranya adalah antihistamin, semprotan nasal, tablet steroid dan krim steroid.

Jika memiliki alergi lebih parah, kamu juga dapat melakukan terapi desensitisasi atau imunoterapi. Terapi desensitisasi bisa dilakukan melalui suntikan, tetesan, maupun tablet yang diberikan selama beberapa tahun. Tujuannya untuk membiasakan tubuh terhadap paparan alergen yang memicu reaksi alergi. Sehingga tubuh menjadi lebih toleran terhadap alergen dan tidak menimbulkan reaksi yang berlebihan.

Komplikasi Alergi

Memiliki alergi dapat meningkatkan risiko masalah medis tertentu lainnya, termasuk:

  • Anafilaksis. Jika memiliki alergi parah, kamu berisiko lebih tinggi mengalami reaksi akibat alergi yang serius ini.
  • Asma. Jika memiliki alergi, kamu lebih mungkin mengidap asma. Ini dipicu oleh paparan alergen di lingkungan (asma yang diinduksi alergi).
  • Sinusitis dan infeksi pada telinga atau paru-paru. Risiko terkena kondisi ini lebih tinggi jika mengidap demam atau asma.

Pencegahan Alergi

Pencegahan alergi dapat dilakukan tergantung pada jenis alergen yang menjadi pemicu. Cobalah mengidentifikasi apa yang menyebabkan atau memperburuk gejala alergi dengan melacak aktivitas sehari-hari. Perhatikan makanan apa saja yang dapat memicu alergi, kapan gejala alergi muncul, dan apa yang bisa membantu meredakan alergi. Dengan demikian kamu akan lebih mudah untuk mencegah terjadinya reaksi alergi.

Ketika sudah mengetahui pemicunya, cobalah untuk membatasi aktivitas yang memungkinkan bersentuhan dengan alergen. Jika alergi terhadap bulu hewan hindari mengelus atau menyentuh hewan. Atau jika alergi terhadap asap rokok, lakukan pencegahan dengan menggunakan masker. Kamu juga bisa menyedot debu atau bulu hewan di rumah secara teratur untuk mengurangi kontak dengan alergen.

Kamu juga dapat menggunakan gelang atau kalung penanda alergi saat bepergian, sehingga orang di sekitar dapat memberikan pertolongan pertama jika muncul gejala. Ingat untuk selalu menggunakan gelang penanda terutama jika mengalami alergi serius yang membuat kamu kehilangan kesadaran atau tidak dapat berkomunikasi.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami tanda dan gejala alergi seperti yang disebutkan tadi, segera bicarakan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2021. Allergies.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Allergies
Very Well Health. Diakses pada 2021. Symptoms of Allergies.
Medical News Today. Diakses pada 2023. Everything you need to know about allergies. 
Mymed. Diakses pada 2023. What are the causes, complications and risk factors of allergies?
Sumber Artikel: https://www.halodoc.com/kesehatan/alergi

Tidak ada komentar on Alergi

Tinggalkan Komentar